11.9.08

Andaikan Tiap Malam adalah Lailatul Qadar

Ramadhan telah telah tiba.... awal-awal kedatangannya adalah sebuah ketakutan di dalam hati. Ibarat sebuah perahu mewah yang sedang kita naiki di samudra yang sangat luas dan penuh dengan tantangan. Namun cuaca dan gelombang seolah mau mengantarkan dengan kesenangan dan kedamaian untuk sebuah perjalanan.

Ketakutan itu berawal, bagaimana jika tiap kita kesempatan saat menaiki kapal tersebut, kita tidak bisa memanfaat didalamnya. Hari-hari dalam Ramadhan, berangsur berjalan terus untuk mendekati ujung pertengahan akhir. Kemenangan belum di dapatkan, dan masih perlu berjuang keras. Namun sekali-kali tantangan datang untuk membuat kita sedikit malas untuk melakukan pendekatan terhadap Sang Pencipta.

Lama sudah kita melalui bulan ini, berkali-kali kita melewatinya. Bulan yang dijanjikan Allah akan kelak membuat bahagia kelak di akhir nanti. Namun sayang kesedihan selalu berdatangan karena hati kita yang masih tetap bermalas-malasan. Apa yang terjadi?

Menangis... untuk diri kita, karena kita kurang mensyukuri berbagai kenikmatan yang telah diberikan kepada kita. Belum bisa kita menyamai Junjugan kita, untuk bersyukur sampai membuat telapak kaki bengkak... karena rasa cinta dan syukur kepada Sang Pencipta.

Andaikan tiap malam yang kita lalui adalah Lailatu Qadar, bisakan kita menghargai bahwa tiap perjalan dan detik-detik yang kita lalui adalah sebuah kenikmatan yang tiada tara harganya. Sayangnya kita lupa... dan tak menghargai kesempatan yang datang pada kita....

Menangis untuk sebuah kesedihan, karena kita tidak bisa memanfaatkan sebuah kesempatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar